Powered By Blogger

11/27/09

Pahlawan


.:: MENGENANG vs MENELADANI ::.

Rekan Muda, salah satu pemimpin besar di negera kita, Bung Karno pernah bilang, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya”. Selain itu lebih tegas lagi Beliau ingatkan generasi muda seperti kita tentang pentingnya sejarah dalam istilah ‘JAS MERAH’ Jangan Sekali - kali Melupakan Sejarah!Pernyataan itu penting sekali tuk kita resapi dengan baik. Senada juga dengan apa yang pernah Tuhan katakan ama Nabi Musa: Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu! Ide yang sama yang diambil oleh Bung Karno yang nolong kita tuk berpikir en ngrenungin dua kata ini ‘Mengenang vs Meneladani’

Coba kita brenti sejenak en inget orang-orang terdekat kita yang udah mendahului kita kembali ke Surga serta inget pesen-pesen/mandat mereka ato perbuatan/telaadn yang kena di hati kita! Apa yang terjadi? Kita bisa jadi melow en – lebih dari itu – bisa jadi kita tambah !!SEMANGAT!! tuk teladanin hidup mereka! Itu namanya kita mengenang mereka! Kayak pas upacara “... mengheningkan cipta mulai” Ingatan kita kembali diajak tuk berpikir en berkaca dari sosok yang pernah hidup en warnai hidup kita!

Nah, bicara tentang meneladani lebih dalem lagi! Sama seperti yang udah di bahas “Menjadi Teladan” kita jangan cuman bisa ‘jarkoni’ belaka artinya bisa ngajar tapi ga bisa nglakoni atau njalanin. Meneladan brarti kita nglakoni ato njalanin kehidupan seperti orang-orang yang udah jadi teladan kita! Kalo ngomong masalah belajar meneladani, hampir mirip ama perkataan para pejuang ‘45 “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Perjuanganmu lebih susah karena melawan bangsamu sendiri (baca: diri sendiri)” Napa? Karna sadar ato engga jangankan meneladani orang lain, jadi teladan en temukan siapa diri kita sendiri aja udah susah banget! Apalagi kalo kita tergolong anak muda yang cuman mikir kesenangan pribadi, yang penting hepi! Seakan kita lupa ama apa yang udah Tuhan garisin dalam hidup kita tuk kita jalani sebaik-baiknya! Tapi itulah yang perlu kita renungi!!


Pak Stephen Tong pernah tulis dalam salah satu bukunya, kita jangan hanya jadi generasi yang menerima warisan tanpa tau nilai juang yang bisa dipelajari tuk perbaikan diri kita ke depan. Dengan kata lain walopun mengenang aja udah susah, kita tetap harus blajar meneladani, kalo kita mo jadi lebih baik lagi en seturut kehendakNya! Jadi marilah kita trus blajar jadi generasi muda yang ga lupain yang Tuhan pernah buat dalam hidup kita en apa yang pernah Tuhan omongin pada kita – entah secara langsung ato lewat orang sekeliling kita – serta blajar meneladani ato lakukan apa yang Tuhan mau!


“Demikian hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Surga”
Matius 5:16


Wassalam
abdiel

11/22/09

Tujuan Wong Enom

.:: WONG ENOM ::.

SEMANGAT!!! Tanpa sadar en ga terasa pula umur kita akan nambah ... tambah tuwir... ato kalo mo tambah keliatan waspada, kalo kita ulang tahun berarti jatah kita hidup di dunia semakin sedikit lagi. Nah, dalam rangka itulah tema dipilih tuk jelasin spirit/semangat/ruh, ato terserah deh apa namanya, dari WONG ENOM! Ada banyak harapan yang terkandung tuk memandang masa depan dimana ada TUHAN yang dengan sabarnya nunggu kita bergerak cepat sesuai panggilan kita!! Jika kita bisa jadi ‘WONG ENOM’ maka paling engga kita dah punya salah satu ciri ato kriteria jadi Pahlawan!

'Uwong Enom' ato singkatnya wong enom adalah terjemahan sederhana dari orang muda. 'Uwong sing esih enom-enom', begitulah kira-kira definisi sederhananya. Usia biasanya antara sesudah berkisar, antara usia 17-tahunan, ampe 30-an. Kalo dari sisi sosial, ‘WONG ENOM’ bisa diartiin lebih keren. ‘WONG’ ato dalam bahasa Indonesia disebut orang, memang sebutan umum selain manusia, tapi sering kali diartikan juga sebagai orang dewasa atau udah berhasil. Misal: ‘Aku pengen nantinya bisa jadi orang’, maksudnya ntar kalo dah gede ato dah mencapai usia tertentu aku pengen jadi orang yang berhasil en di’orang’kan oleh lingkungan! Ato misal sebutan orang akan dipake untuk nyebut orang yang udah dewasa, sedangkan yang masih kecil sering ktia sebut masih anak-anak ato masih muda.

Trus kalo istilah ‘ENOM’ identik ama kata muda, enerjik, usai dibawah 30an, kreatif, tapi terkesan blon siap diandalin, blon bisa bagi waktu, blon waktunya dipercaya, berpikir-nya sekali saja, tanpa menghiraukan akibatnya, deelel. Pendeknya kata ‘ENOM’ seringkali jadi sebuah alamat ketidakberesan karna, ya diharap maklum, masih muda en blon pengalaman!

Tapi ketika dua kata itu digabung en jadi sebuah kata yang keren (‘WONG ENOM’ dan kata yang mengikutinya adalah KEDEWASAAN! Memang kedewasaan itu suatu proses. Ga ada orang yang dari kecil langsung berubah jadi dewasa baik dari sisi usia, iman, apalagi karakter. Semua butuhkan proses!!! Tapi inilah uniknya , kalo kita bisa nyadar kedewasaan sebuah proses, en blajar lebih bijak dengan ga pernah anggap diri lebih dewasa dari orang lain (karna kita tau juga kalo standar kedewasaan kita belum tentu benar-benar sama ama standar kedewasaan Tuhan), kita udah dewasa juga! Jadi paling engga, ‘WONG ENOM’ adalah anak muda yang dewasa. Fase ketika manusia tau segala hal yang sedang dan akan dilakukan. Kedewasaan merupakan kesadaran sempurna untuk memilih dan mengetahui konsekuensi jalan hidup yang akan diambil! Hidup WONG ENOM!



wassalam
abdiel

11/14/09

Pahlawan

Menjadi Teladan

Seorang induk cheetah bawa rusa muda yang masih hidup tuk anak-anaknya umur lima bulan lalu nglepasin rusa muda itu. Setelah anak-anak Cheetah itu coba bikin beberapa penyerangan en gagal, sang induk pun ambil alih en tunjukin pada mreka cara "menangkap santapan malam".

Ehm... Jadi Teladan... Sekarang sedang dicari lho generasi muda yang bisa jadi teladan! Kalo kita mo jadi pahlawan – orang yang dicari, langkah awal yang paling penting ya jadi TELADAN! Ayat tema kita di I Timotius 4:12 jadi tantangan besar buat kita. Kesaksian hidup seseorang itu lebih berharga jika dibanding ama 1000 orang pengkhotbah yang hebat sekalipun!! Ada pepatah Jawa yang ngomong kita jangan hanya bisa ‘jarkoni’ belaka artinya bisa ngajar tapi ga bisa nglakoni atau njalanin.’ Karna kalo cuman ngomong, bisa aja cuman teori, tapi teladan itu kualitas hidup seseorang yang nyata dalam sikap en perilaku sehari-hari!!

Coba kita ngliat contoh seorang muda, Yosia, di II Tawarikh 34-35. Yosia jadi raja di Yerusalem dalam usia yang muda banget. Ia udah jadi raja pas usianya baru 8 tahun, en tercatat memerintah slama 31 tahun. Yosia dicatat punya life style yang lurus sejak muda. "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri." (II Tawarikh 34:2). "Pada tahun kedelapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya, dan pada tahun kedua belas ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari pada bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan." (ay 3). Kalo mo diitung, usia kedelapan dari pemerintahannya, berarti usia Yosia masih 16 tahun waktu ia putuskan tuk cari Tuhan. Ini usia yang masih muda banget. Blon lagi statusnya sebagai raja, pastinya punya agenda kesibukan yang sangat padat en dengan kekuasaan tertinggi itu brarti ia punya peluarng tuk bisa lakukan apa saja semau hatinya. Namun ternyata Yosia punya life style yang beda meski ia masih muda en bisa bertindak sesukanya. Yosia layak jadi teladan buat kita generasi muda! Ia bener-bener beda dari banyak raja yang life style-nya ga berkenan bagi Tuhan. Tahun ke dua belas, ini artinya 4 tahun kemudian, pas ia berusia 20 tahun, ia udah mulai perbaiki kerohanian daerah Yehuda en Yerusalem dari berbagai bentuk penyembahan berhala. "Mezbah-mezbah para Baal dirobohkan di hadapannya; ia menghancurkan pedupaan-pedupaan yang ada di atasnya; ia meremukkan dan menghancurluluhkan tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan, dan menghamburkannya ke atas kuburan orang-orang yang mempersembahkan korban kepada berhala-berhala itu." (ay 4). KEREN!! Di usia yang masih muda banget, Yosia udah blajar hidup lurus en ga nyimpang kemana-mana. Di usia mudanya Yosia jadi pelopor dalam pergerakan reformasi rohani di wilayah pemerintahannya.

Karna itu generasi muda, yuk blajar hiduplah bener dari sekarang! Punyai gairah en semangat yang berkobar-kobar tuk kalahkan ‘daging’ kita en ga nunda-nunda lagi palagi terlena ama life style en nafsu duniawi! Tutup rapat-rapat kesempatan kita tuk jatuh en ngrusak diri anda. Rasul Paulus pernah pesan ama Timotius sang Gembala Jemaat yang masih muda: "Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." (2 Timotius 2:22). Tidak ada yang tahu kapan akhir jaman akan datang. "Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja." (Markus 13:32)! Seperti Yosia, jadi teladan sejak muda. Yuk kita mulai ambil komitmen kembali tuk hidup lurus, benar di mata Tuhan sejak dini, karena itu kewajiban kita semua tanpa pandang usia.

ANDA GA BISA AJARIN
APA YANG GA ANDA KETAHUI

ANDA PUN GA DAPAT NUNTUN
KE TEMPAT YANG GA ANDA TUJU


“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif”
Efesus 5:15

wassalam
abdiel

11/6/09

Pahlawan


Pahlawan Kesiangan

Nah, ini salah satu judul yang penting tuk jadi refleksi ato perenungan ketika kita mo nolong orang lain. Napa? Karna sering kali kalo ga nguji niat kita waktu mo nolong orang lain, kita bisa kejebak pada semangat yang cuman artifisial, ups... maksudnya cuman ecek-ecek ato terkesan mo dianggap pahlawan aja... tanpa pengorbanan yang sebenernya. Jangan sampe ya, kita generasi muda, udah seringkali dianggep sebelah mata, masih juga jadi pahlawan kesiangan... sok berlagak pahlawan... Pernah dengar istilah ini? Pahlawan kesiangan biasanya ditujukan buat orang yang sepertinya mo nolong tapi keliatannya malah cari muka. Karena nolongnya dah telat. Gitu ga ya artinya? Ah, anggap saja begitu. Ato dalam makna bahasa secara resmi, Pahlawan Kesiangan artinya:

1.Orang yang baru mau bekerja (berjuang) setelah peperangan (masa sulit) berakhir.
2.Orang yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apa-apa, tetapi setelah peperangan selesai menyatakan diri pejuang.
3.Orang yang ambil alih tugas orang lain dan merasa itu adalah haknya.

Contoh point 1 en 2 kita sering tau, dan orang seperti itu sering bikin sebel. Tapi ada juga jenis yang ketiga... salah satu contoh konkrit adalah Raja Saul. Dari contoh itu bisa buat kita nyadar peluang jadi pahlawan kesiangan sangat besar terjadi en perlu kita waspadai. Kisah itu ada di I Samuel 13:5-13. Waktu itu orang Filistin ngumpul tuk nglawan orang Israel. Tiga ribu kereta, enam ribu orang pasukan berkuda en pasukan berjalan kaki sebanyak pasir di tepi laut, mreka bergerak maju en berkemah mengepung tentara Israel. Waktu orang-orang Israel ngliat itu, mreka ngrasa terjepit, terdesak trus mreka sembunyi di tempat-tempat yang memungkinkan. Malah ada yang ampe nyebrang sungai Yordan semetara Saul masih di Gilgal en seluruh rakyat ikut dengan gentar.

Saul brusaha tenang en tunggu Samuel. Tapi kok sepertinya Samuel ga datang ke Gilgal, en rakyat itu berserak-serak ninggalin Saul. Mendadak Saul ngomong: "Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu." Saul bikin persembahan korban bakaran yang seharusnya bagian dari tugas Nabi... Saul emang Raja but bukan tugasnya tuk bikin korban bakaran. Baru saja Saul slese persembahin korban bakaran, celakanya Samuel datang. Eh ternyata, bukannya nyesel ato ngerasa bersalah, Saul cuman pergi ke Samuel en beri salam. Pas Samuel nanya: "Apa yang telah kauperbuat?" Saul nyoba beralasan seolah apa yang dikerjain, bener! Samuel langsung jawab dengan lugas, "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu;

Contoh tadi sangat mudah tuk kita lakuin... cuman ga taat... but ternyata ga sesimpel itu. Ga taat menjurus pada perasaan ga percaya, en ga main-main... ga percayanya malah ama Tuhan yang udah beri otoritas en angkat Saul. Akhirnya yang dilakuin Saul malah jadi bumerang buat dirinya sendiri! Saul udah ga jalanin peran jadi Raja yang berani mimpin di depan malah ambil peran Nabi yang jelas-jelas bukan bagiannya. Gimana ama kita? Jangan terjebak en jadi Pahlawan Kesiangan...

“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,
janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif”
Efesus 5:15

Wassalam
abdiel